Menguak Rahasia Pertahanan Diri Banksia

Menguak rahasia dibalik mekanisme Tumbuhan Banksia dalam melangsungkan generasinya. 

 Manusia, sebaik-baiknya ia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. salah satu hal yang bisa menjadi tiket awal untuk bermanfaat bagi orang lain mungkin adalah berbagi, berbagi bisa banyak macamnya bahkan meski hanya dengan menyampaikan sekalipun. Semoga apa yang coba Hijau Toska bagi saat ini sedikit memberi pandangan baru untuk teman-teman sekalian.

Bijak dengan Membaca 

Awalnya mengikuti kuliah Sistematika Tumbuhan menjadi hal yang itu-itu saja, sekedar memenuhi presensi 75% atau sekedar rutinitas untuk menggugurkan kewajiban biar nggak dibilang pengangguran. Hehe Tapi, presepsi itu kini 180 derajat telah berubah, mata hati ini perlahan mulai tertata dan tercerahkan. Bukan semata-mata karena hal-hal teknis itu kurelakan diri ini hadir diperkuliahan tadi siang, ada ilmu, ibrah dan pelajaran yang ternyata bisa aku petik disana. 
 Bijak dengan membaca, seperti tag line salah satu Majalah langganan di rumah, hanya saja disini sedikit berbeda. Ya, bukankah membaca itu juga banyak macamnya. Itulah yang coba ku tangkap diperkuliahan Sistematika Tumbuhan. Bu Ratna, Dosen sekaligus Pembimbing Akademikku menyampaikan materi tentang tumbuhan Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) dengan begitu sabar, dijelaskannya konsep klasifikasi tumbuhan berbiji terbuka itu tingkatan demi tingkatan, kulihat teman-teman dikelas pun menyimaknya dengan penuh antusias, lebih daripada biasanya. Entahlah, padahal materi yang Beliau sampaikan adalah materi yang cukup menguras pemahaman, perlu digaris bawahi bahwa Biologi tidaklah melulu menyoal tentang hapal-menghapal. Tak ubahnya bidang ilmu lain, kami pun belajar untuk memahami, belajar dengan logika, belajar mendengar dan menerjemahkan orkestra alam. Itulah yang sampai saat ini masih menjadi motivasi terkuat kenapa diri ini ‘nekat’ menceburkan diri ke dunia Biologi. Tahukah kalian bahwa ayat-ayatNya begitu memesona, begitu agung dan tak ada duanya? Tahukah kalian betapa kuasaNya Ia menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya? Ya, untuk itulah kita perlu belajar, membaca dan memahami, karena dari situlah kita mampu belajar untuk mensyukuri. Karena salah satu wujud tanda cinta kita kepada Allah adalah dengan mencintai dan menjaga ayat-ayat KhauniyahNya. 
 Tumbuhan berbiji terbuka atau bahasa kerennya Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji yang tidak dilindungi oleh daun buah atau karpela. Tumbuhan ini pun mengalami pergantian generasi sporofit dan gametofit. Gymnospermae meliputi Cycadophyta (ex: Pakis Haji), Gynkgophyta (ex: Ginkgo biloba), Coniferophyta (ex: Pinus), dan Gnetophyta (ex: Melinjo).
 Begitulah kira-kira uraian singkat dari apa yang disampaikan Bu Ratna siang tadi. Tapi, ada yang lebih menarik bagiku saat Bu Ratna menyinggung masalah Coniferophyta. Dalam penjelasannya Bu Ratna menerangkan bahwa tanaman jenis ini merupakan tanaman dengan struktur yang unik. Ia mampu beradaptasi di lingkungan yang kering berdasarkan struktur morfologi dan anatomi tumbuhnya. Begitulah makhluk diciptakan, setiap struktur pasti memiliki fungsi tertentu.
 Banksia, salah satu spesies dalam kelompok ini memiliki keistimewaan yang tidak banyak ditemui pada tamanan lain. Struktur penopang bijinya hanya peka ketika dihadapkan pada kondisi suhu yang tinggi. Biji dari Banksia dapat terlepas dari penopangnya ketika ia merespon panas dari lingkungan. Itulah kenapa mekanisme kebakaran hutan yang terkondisi menjadi sangat menentukan bagi keberlangsungan keturunan Banksia. Melalui proses kebakaran hutan atau suhu yang tinggi disuatu wilayah, biji-biji tersebut terlepas dan jatuh pada substrat (tanah) untuk kemudian menjadi media tumbuhnya. Inilah mekanisme luar biasa yang telah melalui proses perhitungan yang matang. Tidakkah kalian bertanya, dari siapakah biji-biji ini mendapatkan instruksi untuk melepaskan diri dari penopangnya?
 Lalu, bagaimanakah pula dengan kebakaran yang selama ini terjadi atas campur tangan manusia? Mungkinkah mekanisme itu menguntungkan bagi keberlangsungan hidup si calon tumbuhan Banksia? 
 Ribuan titik api yang tertangkap oleh beberapa satelit akhir-akhir ini tidaklah menjadi suatu kebanggaan atas luasnya lahan yang kita miliki, sadarkah bahwa titik-titik itu adalah bukti keserkahan yang kian membara? Bagi Banksia, terkadang suhu yang tinggi memang menjadi keuntungan baginya, tapi perlu diingat! Suhu disini adalah suhu yang terkondisi. Bukan suhu akibat “keserakahan” manusia yang aromanya membakar bahkan tidak hanya harapan hidup si calon tumbuhan, namun juga satwa-satwa yang menjadikan lahan itu tempat bernaung. 
 Beberapa oknum tertentu mungkin membentengi diri dengan janji memulihkan kembali lahan yang telah tersakiti. Nyatanya? Ah, kadang janji memang seperti permen karet, fleksibel, tarik sana tarik sini, tak tentu bentuknya, setelah itu hilang manisnya. Menepis semua anggapan itu, semoga masih banyak orang di luar sana yang mampu amanah terhadap janji-janjinya.
 Mekanisme alam sejatinya telah seimbang, Ia menciptakan harmoni yang membuat kita mampu menikmati segala kenikmatan ini. Keteraturan sistem yang telah diaturNya seharusnya membuat kita banyak belajar, alam ini adalah titipanNya. Bagaimanapun keadaanya, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaganya. Terimakasih Yaa Allah, ilmu yang Bu Ratna sampaikan hari ini syariatnya atas izinMu hingga kami belajar untuk “Membaca” bahwa alam ini masih memiliki berlembar-lebar halaman lagi untuk ditekuri, dipahami dan direnungi maknanya. 
 Disuhu yang tinggi sekalipun Banksia mampu merekahkan bijinya untuk meneruskan generasi, menyemai harapan-harapan baru. Se-tertekan apapun keadaannya. Manusia pun seharusnya mampu seperti itu, bagaimanapun keadaannya, jika dirasa berat sekalipun, ia tetaplah harus memiliki harapan, ia harus tetap berjuang menumbuhkan benih-benih baru. Apapun Yang Terjadi Kita HARUS Tetap Melaju. 
#Salam Semangat
-Hijau Toska-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merajut Cinta

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta

Perkenankanlah Aku MencintaiMu Semampuku