Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Rohis Street Boys

Gambar
             M endung masih mengantung di atas sana, kulihat beberapa anak tonti sudah meninggalkan lapangan sejak tadi, sementara kulihat jam menunjukan pukul 16.56 aku baru saja keluar dari mushola ini. Sebenarnya sudah sejak tadi aku berada disini, pamitnya sih sholat ashar tapi sebenarnya mencuri-curi waktu untuk menghindar dari latihan baris-berbaris sore ini, herannya tak ada satupun dari mereka yang mencariku. Mungkin terlalu sibuk atau entahlah. Kemudian pikiranku kembali pada sosok itu, masih ku ingat dengan jelas wajahnya yang teduh ketika bersimpangan dengaku di koridor depan kelas X7. Aku tau dia pasti tak tahan melawan pesona ketampananku yang membuatnya tersipu ketika bersimpangan tadi siang. #eaa                 Titik-titik air perlahan mulai berguguran, bau tanah yang amat kusukai menyeruak mengaktifkan saraf-saraf pembauku yang merindukan kesejukan seperti ini. Kupercepat langkahku dan bergegas untuk pulang. *** “Apa? Lu mau nembak Nabila?”, seru Da

Magang Jadi Manusia

Gambar
   KKN itu… magang menjadi manusia, begitu kata salah satu dosenku yang kebetulan juga diamanahi sebagai ketua TIM KKN UNY tahun ini. Barakallahu wa innalillahi ya Pak Triatmanto, semoga senantiasa amanah dan dimudahkan segala urusannya.   Ada yang sedikit berbeda dari rutinitas mahasiswa semester 6 kebanyakan, saat yang lain sedang sibuk-sibuknya ngurusin persiapan PPL dan mata kuliah Microteaching. Kami justru memutuskan   untuk mengambil mata kuliah KKN disemester ini. semester Genap gitu lhoo, yang bagi anak-anak prodi pendidikan biasanya menjadi semester yang amat penting dan sangat krusial untuk keberlanjutan studi mereka. Betapa tidak, semester ini adalah waktu dimana kami harus mampu mempertanggungjawabkan ilmu yang diperoleh selama kurang lebih 5 semester. Pertanggungjawaban itulah yang disampaikan dalam sebuah proses pembelajaran mini, alias Microteaching. Kenapa proses ini menjadi amat penting? Adalah karena diproses itu, kita dibelajarkan untuk mampu membelajarkan s

Merevisi NIAT

Gambar
ADA hati yang perlu ditata kembali. Ada niat yang mesti kita atur kembali. Ada sikap yang harus kita teliti kembali. Apa hakikat kita melakukan semua ini? Benarkah untuk Allah? Jika benar, lalu mengapa ada kesal yang terasa ketika tak sesuai dengan rencana. Anehnya, kita sering merasa kesal dalam hal kebaikan. Ketika ternyata sedekah yang sudah kita rencanakan tidak tepat sasaran, lalu kita merasa marah. Lantas sebenarnya apa yang kita kesalkan? Bukankah sama saja hal tersebut dalam kebaikan? Jika benar apa yang kita lakukan untuk Allah, mengapa hati dipenuhi dengan prasangka dalam merasa? Kita terlalu pandai menilai. Tanpa tahu, bagaimana merasa menjadi orang lain. Kita hanya mampu menilai apa yang terlihat oleh mata, tanpa tahu apa yang hendak orang lain rasakan. Kita sangat pandai menilai tapi lemah dalam merasa. Tanpa kita sadari, ada titik-titik penyakit dalam hati kita yang mulai bersarang. Ada hati yang kini mesti kita obati. Ada niat yang mesti kita revisi. Ada s