Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Sakit Hati

Izinkan aku bercerita padamu kawan, ini tentang sebuah perjuangan. Bukan, bukan. Bukan seperti yang kau bayangkan layaknya perang atau pemberontakan. It’s all about felling. Ya, berjuang mengatasi hati memang perjuangan yang hingga kini menimbulkan ribuan bahkan jutaan korban jiwa. Bukan karena tak ada obatnya. Hanya saja, banyak diantara mereka yang justru memilih untuk sakit. Obat dari rasa sakit yang mendera tersebar dimana-mana, bahkan merekapun sejatinya memiliki penawar dari dalam dirinya sendiri. Begitulah, jika kita hanya sibuk dengan penilaian makhluk terhadap apa yang kita lakukan dan melekat dalam diri kita. Pencitraan, kekaguman, dan pujian dari makhluklah yang kemudian menjadi obsesi kita dalam perjuangan panjang ini. Apakah salah? Tentu semua berakar dari niat yang kita tancapkan dari awal. Sudah luruskah niat kita, sudah benarkah cara kita. Cobalah kembali menengok dalam pribadi kita masing-masing, barangkali masih ada sebongkah perasaan menggelisahkan yang menaunginya.

Mimin dan 25 Pagi itu…

                Hari ini kosku kedatangan penghuni baru. Dari yang semula berjumlah 4 orang kini bertambah satu lagi jadi 5 orang. Anak baru berkulit sawo matang itu bernama Mimin. Tubuhnya nggak tinggi-tinggi amat, mungil gitu. Yah namanya emang terkesan sederhana dan khas pengelola grup WA. Usianya sekitar satu tahun dibawahku, 18 tahunan lah. Kebetulan juga adek tingkatku di MIPA. Karena angkatanku lebih tua darinya, ia dengan spontan langsung memanggilku dengan sebutan Mbak Nisa. Dia sekarang masuk semester dua dikampusku. Sedangkan aku masih santai-santai nokrong di semester 4 seperti tanpa beban. Kesan pertama melihatnya…                 Menurutku Mimin ini anaknya polos banget, saking polosnya aku bahkan menganggapkan terlalu kampungan. Duh maaf ya Min, terlebih ketika melihat selera fashionmu itu lho. Belum lagi pas mendapatinya berangkat kekampus untuk pertama kalinya selepas OSPEK dengan penampilan WOW waktu itu. Jangan salahkan aku ya Min ketika bertemu dengan

Fiswan Oh Fiswan

Nulis Laporan Fisiologi Hewan itu emang butuh lingkungan yang mendukung. Ya bisa dibilang Mestakung gitu deh (baca: semesta mendukung). Mulai dari Ibu yang mendukung, waktu yang mendukung, kakak yang mendukung, adek yang mendukung, dan satu lagi keuangan yang mendukung. Hiks! Dua minggu ini,   mahasiswa biologi semester empat lagi sibuk luar biasa karena diharuskan menyelesaikan 12 laporan praktikum Fisiologi Hewan yang telah berjalan selama satu semester ini. Sebenernya, dua-belas laporan yang kami kerjakan akan lebih mudah dilalui en diselesaikan kalo kitanya juga mau nyicil dari awal praktikum. Yah, mau gimana lagi Bro, emang dasar sifat alamiah dan bawaan kita-kita. So pasti udah gak usah pada tanya lagi ya kapan kami mengerjakannya. Rata-rata 3 hari sebelum batas akhir laporan itu dikumpulkan. Nah, kalo sampai itu laporan kagak selesai apalagi sampe gak dikumpulkan ke Bapak Dosen tercintah di waktu yang sudah ditetapkan, siap-siap aja deh kagak bakal dapat tiket untuk u

Selalu Ada Sisi Baik

Izinkanlah aku sedikit berbagi mengapa kupilih jalan ini.. Ya, mungkin setelah ini banyak yang kecewa atas jalan yang kupilih, menyesalkan pilihanku yang berbeda dari kalian, menyayangkan karena katanya sikapku berubah, percayalah kawan, aku masih seperti yang dulu, masih tetap saudara kalian. Ketika kuputuskan untuk bergabung dalam gerak langkah itu, aku tahu konsekuensi seperti apa yang akanku hadapi kelak. Bisa jadi kalianlah yang pertama, perlahan dan sedikit demi sedikit menjaga intensitas diskusi-diskusi denganku, meminimalisir perbincangan yang katanya justru semakin memperlebar jarak di antara kita, aku ingat perdebatan-perdebatan yang kita lalui anatar siapa yang harus mengalah ketika rasa kesal kembali membuncah. Itu Nasehat untukku agar Aku semakin erat merangkul dan menjaga ukhuwah yang terlalu indah ini. Aku bukannya tak pernah kecewa seperti kalian, tapi kalau mengingat kembali bagaimana aku sebelum berada dibarisan ini, rasanya tak pernah sedikitpun terbersit piki