Teruntuk Calon Putra-Putriku

Memiliki kalian adalah sebuah cita-cita, harapan dan do’a yang senantiasa Bunda panjatkan kepada Allah ditiap-tiap kesempatan Bunda bermunajat kepadaNya Nak. Kalian tahu Nak? Bunda begitu rindu ingin segera bertemu, berjumpa, merajut kebersamaan dengan kalian. Meskipun sampai saat ini Bunda tak tahu disaat seperti apa dan dengan siapa Bunda akan menyambut kalian untuk pertama kalinya. Tapi, bukankah Allah selalu mengjarkan kepada kita untuk berprasangka baik kepadaNya? Bunda selalu optimis Nak. Kelak ketika engkau lahir kedunia, Allah pasti telah menyiapkan rencana terindahNya, ditempat dan diwaktu yang terbaik.
 
Nak..
Sebenarnya Bunda malu, akankah kelak calon Bunda-mu ini mampu menjadi Bunda yang baik untukmu?

Sejujurnya Nak, Bunda belumlah baik sebagai calon ibumu. Masih suka menunda-nunda waktu sholat, tak sepenuh hati menunaikan tahajjud dan dhuhanya, jarang puasa sunnahnya, suka nggak tuntas target tilawahnya, suka bolong-bolong dzikir ma’tsuratnya, belum lagi masih suka males-malesan belajar tahsin-nya. Bagaimana pula nanti jika engkau meminta Bunda mengarimu mengaji? Duh Nak Bunda benar-benar masih berproses.
Hafalan Bunda juga masih sedikit Nak, bahkan kadang malah minus. Maafkan Bunda ya, Bunda janji akan belajar Nak, berjuang untuk nambah hafalan lagi. Agar ketika kelak engkau hadir dipangkuan Bunda, Bunda tak ragu lagi membersamaimu memaknai kallamullah.. meneruskan perjuangan umat ini untuk menjaga Al-Qur’an.

Nak, sebenarnya banyak sekali yang belum Bunda persiapkan untuk menyambutmu. Bunda belumlah pandai memasak Nak. Bunda takut jika suatu hari nanti engkau berceloteh ringan “Bundaa.. kok sayurnya asin banget?”

Apalagi urusan cuci baju dan cuci piring yang kadang ogah-ogahan Bunda lakukan. Akhwat kudu tangguh dan nyuci baju sendiri!. Bagaimana nanti Bunda akan mengajarimu tentang kebersihan diri dan lingkungan Nak jika Bunda mu ini masih saja ‘kemproh’. “Bundaaaa… katanya Bunda lulusan Pendidikan Biologi kok buang sampah sembarangan? Kan jadi gak peduli lingkungan Bundaa?”

Atau ketika tiba-tiba engkau kebingungan mencari sesuatu, Duh Nak.. Bundamu ini masih sering teledornya. Tak tertata dalam urusan. Astagfirullah.

Nak, Bundamu ini memang belumlah sempurna. Yang Bunda pasti selalu ingat adalah untuk mengajarimu mendahulukan mencintai Allah dan Rasul-Nya sebelum mencintai apapun, menjadikan Al-Qur’an sebagai kurikulum keluarga kita kelak dan selalu mendidikmu dengan kasih sayang seluas samudra. Seperti yang diajarkan baginda Rasulullah, teladan terbaik umat manusia.

Yang lainnya? Bunda masih belajar Nak. Semoga bagaimanapun kelak kondisi Bunda ketika membersamaimu, engkau takkan pernah menyesal memiliki Bunda seperti Bundamu ini ya.
Janganlah engkau tiru perangai-perangai buruk yang ada pada Bundamu ini  Nak, cukuplah Bunda saja yang pernah melakukannya. Jangan sampai engkau ikut-ikutan ya Nak. Jadilah Permata Intan Bunda yang terbaik. Kebahagiaan Bunda adalah ketika melihat kalian berada di barisan terdepan dalam memperjuangan agama Allah ini. Teruskanlah perjuangan dakwah ini ya Nak. 

Nak.. 
Bagaimanapun engkau pasti akan terlahir, dan dengan siapa nanti Bunda akan merawatmu semua itu Bunda kembalikan kepada Allah Nak.

Apakah  kau menginginkan Ayah yang lembut seperti Abu Bakar, tapi keikhlasan dan perjuangannya begitu besar untuk membantu perjuangan Rasulullah?

Atau seperti Umar bin Khattab yang akan mengajarimu tentang ketegasan, tanggung jawab dan keberanian?

Atau jangan-jangan seperti Ali bin Abi Thalib yang cerdas dan penuh cinta?

Bunda yakin Nak, bahwa yang terbaik hanyalah untuk yang terbaik. Semoga suatu hari nanti ketika engkau terlahir kedunia, engkau akan memiliki Ayah yang mampu membimbingmu menjadi penerus perjuangan Islam, Ayah yang Sholeh, Ayah yang mampu menjaga Al-Qur’an dan As-Sunnah, Ayah nomor Wahid sedunia.

Tentu Ayah sekualitas itu tidak akan mungkin bersanding dengan Bunda yang masih penuh kekurangan disana-sini kan Nak? Do’akan Bunda yaa Nak. Semoga Bunda mampu menjadi Bunda terbaikmu kelak.
Aamiin Yaa rabbal’alamiin

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta

Dewan Ambalanku Sayang

Sakit Hati