Memberdayakan Sakit Hati

Izinkan aku bercerita padamu kawan, ini tentang sebuah perjuangan. Bukan, bukan. Bukan seperti yang kau bayangkan layaknya perang atau pemberontakan. It’s all about felling. Ya, berjuang mengatasi hati memang perjuangan yang hingga kini menimbulkan ribuan bahkan jutaan korban jiwa. Bukan karena tak ada obatnya. Hanya saja, banyak diantara mereka yang justru memilih untuk sakit. Obat dari rasa sakit yang mendera tersebar dimana-mana, bahkan merekapun sejatinya memiliki penawar dari dalam dirinya sendiri.
Begitulah, jika kita hanya sibuk dengan penilaian makhluk terhadap apa yang kita lakukan dan melekat dalam diri kita. Pencitraan, kekaguman, dan pujian dari makhluklah yang kemudian menjadi obsesi kita dalam perjuangan panjang ini. Apakah salah? Tentu semua berakar dari niat yang kita tancapkan dari awal. Sudah luruskah niat kita, sudah benarkah cara kita. Cobalah kembali menengok dalam pribadi kita masing-masing, barangkali masih ada sebongkah perasaan menggelisahkan yang menaunginya. Bisa jadi, itulah yang disebut dengan kufur. Hal ini sering terjadi, ketika kita tak mampu lagi menyadari eksistensi diri kita sebagai seorang hamba yang seharusnya menempatkan diri pada tingkatan terbawah dan membutuhkan naungan kehidupan dunia akhirat dari Sang Maha Pemberi Kehidupan.
Banyak sekali nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita, lalu sudahkah kita mensyukurinya? Jika belum maka segeralah beristighfar dan ucapkan hamdallah atas apa yang engkau miliki saat ini. Mungkin saja Allah masih menunda keinginan lainmu terpenuhi, karena satu nikmat yang telah Allah beri saja belum sempat engkau syukuri namun kita justru menyibukan diri dengan memohon keinginan-keinginan lain dengan tak sabar.
Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan hambaNya. Bersabarlah, karena janji Allah itu pasti.
Pernahkah kau menyadari bahwa rasa sakit yang timbul dari perkataan orang lain itu, tidak lebih karena perkataan orang yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan?. Bukankah seharusnya kita berbahagia, karena masih ada orang lain yang mau menegur kejumawaan kita dengan jujur dan ikhlas?. Itulah, rasa sakit yang sesungguhnya. Adalah ketika kita tak mampu lagi menerima dengan akal sehat bahwa tidak semua penilaian dan kritik dari orang lain itu keburukan. Kita lebih sering berusaha untuk menjatuhkan dan mencar-cari kesalahan orang yang dengan suka hati menilai kita. Karena memang itulah sifat alamiah manusia, berusaha membenarkan diri dengan mencari-cari kesalahan orang lain.
Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang yang sakit hatinya. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari penyakit-penyakit hati yang Ia murkai. Hanya Allahlah Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Maka, bermohonlah agar kita senantiasa mendekat pada-Nya dengan hati yang Allah Ridhoi. Allohuma Amiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merajut Cinta

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta

Perkenankanlah Aku MencintaiMu Semampuku