Iya Mbak Aku Tahu..


“Iya Mbak Aku tahu itu..”
Kata salah seorang adek SMA pas ada acara bareng.
“Lha itu tahu dek kalo nggak boleh, hayoo kok masih dilakuin?” tanyaku mengintrogasi.
“Iya Mbak, aku tahu Pacaran itu emang gak diajarkan di dalam Islam. Tapi ya gimana ya Mbak, Aku gak bisa Mbak mutusin pacarku gitu aja. Dia perhatian banget eh Mbak sama Aku, lagian kita pacarannya juga nggak ngapa-ngapain kok Mbak”. Jawabnya.
 Ya Allah, emang perhatiaannya Allah, bapak-ibu, keluarga dan sahabat-sahabatnya kurang apa ya buat adekku yang satu itu? Batinku dalam hati.
Tiba-tiba teman disebelahnya pun ikut-ikutan nimbrung.
“Iya Mbak, gimana dong Mbak? Sebenernya kami itu tahu Mbak kalo Pacaran itu nggak boleh, kalo cewek itu harus pake Jilbab, kalo sholat 5 waktu itu wajib. Tapi yaudah Mbak, kita ngelakuinnya yang sebisanya kita lakuin aja Mbak, yang biasa-biasa aja lah Mbak. Nggak usah yang alim-alim banget”.
 Wah ini si adek, makin nambah menantang aja permasalahananya. Harus dijawab hati-hati dan dengan hati.
“Lah terus kira-kira Allah menurunkan perintahNya, berfirman dalam Al-Qur’a, menciptakan Surga, Nerak, dll untuk apa ya Dek?”
Sesaat mereka terdiam,
“Ya kalo surga untuk orang Islam Mbak, yang rajin sholat, rajin ngaji”. Jawab salah satu dari keduanya.
“Kalo Neraka?” tanyaku.
“Ya untuk yang suka berbuat dosa dong Mbak, yang tidak melaksanakan perintah Allah”.
“Nah itu kalian tahu..!” terus kira-kira kalo Allah sudah memberikan perintah tapi kita nggak melaksanakan dosa nggak ya?” tanyaku lagi.
“Emmm.. dosa sih Mbak, tapi kan Allah Maha Pengampun Mbak? Iyakan?”
Si Adek manis nyaris bikin gemes nih ceritanya.. hohoho >0<
“Iya Dek, Allah Maha Pengampun… tapi dengan mempermainkan taubat-taubat kita kepadaNya bukankah itu juga tidak membuat Allah Ridho?”
“Kalo gitu taubatnya sekalian aja mbak besok di rapel di akhir pas udah tua” hehehe
“Hush, nggak boleh ngomong gitu ah Din” kata teman sebelahnya.
Dan percakapan kami sore itu pun tertunda sampai disitu karena mereka harus segera melanjutkan Ekstra Pramuka jam 14.00 WIB di Lapangan Basket tengah sekolah
“Mbak, besok kita cerita-cerita lagi ya. Aku mau denger celotehan-celotehan Mbak lagi. Oke Mbak?” 

Sembari tersenyum Aku pun mengangguk. Tanda mengiyakan pinta mereka.
Kupandangi mereka satu persatu meninggalkan lingkaran Cinta kami di Mushola sore itu. dengan tatapan penuh harapan, do’a-do’a pun melangit agar kelak merekalah yang akan meneruskan perjuangan menegakkan Risalah ini. Terlepas seperti apa mereka saat ini. InsyaAllah, Allah ada disetiap persangkaan hamba-Nya. Perlahan.. lamat-lamat bayangan mereka mulai kabur hingga tak kulihat lagi sosok adek-adek shalihah itu yang mulai memasuki barisan Upacara Adat Buka Latihan Pramuka.
***
Ya Allah sesungguhnya, pertanyaan dan cerita yang adek-adek lontarkan tadi masih terngiang-ngiang ditelinga. Mengendap dikepala dan turun menuju hati. Beginikah kondisi mereka sebenarnya? Masih butuh banyak untuk dirangkul dan dibersamai. 
Duhai teman-temanku yang pernah merasakan hal yang sama. Sungguh, manusia itu memang tempatnya salah dan khilaf. Manusiawi sekali rasanya saat perasaan lelah itu menghampiri. Sudah lama dan sering menyampaikan nasehat-nasehat ini itu untuk orang-orang yang kita kasihi. Tapi hingga kini belum jua ada perubahan yang berarti. Nah, ini nih yang bisa bikin gawat. Bisa-bisa kita sakit hati dan kecewa. Huhuhu Sakitnya Tuh disini! T.T
Jika kita tidak ingat bahwa sesungguhnya Hati itu yang membolak-balikan bukan manusia, pasti sudah menyerah dari dulu. Berhenti di tengah jalan ketika nasehat kebaikan kita tidak berujung pada perubahan orang-orang yang kita nasehati atau dakwahi.
Di dalam bukunya yang berjudul “Qowa’idud Da’wah Ilallah”, Dr. Hammam Abdurrahim Said menerangkan bahwa dalam menyampaikan kebaikan, pahala itu akan diberikan Allah karena kita berdakwah bukan karena hasilnya. Jika dakwah itu dinilai dari hasilnya, bagaimana pula dengan dakwah para Nabi kita terdahulu? Seperti Nabi Nuh yang berdakwah 950 tahun tapi dikatakan dalam Q.S Hud di akhir ayat 40 bahwa; “…Dan tidaklah beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit”. Ini menunjukan pada kita bahwa jumlah orang-orang yang beriman saat itu tidaklah banyak. Jika manusia sekelas Nabi Nuh saja dengan waktu yang sangat lama dan tantangan yang luar biasa belum ditakdirkan oleh Allah menjadi jalan banyak orang menjadi umatnya yang beriman. Lah kita? Baru usaha sedikit aja udah minta hasil yang banyak, baru waktu sebentar aja udah nyerah minta disegerakan datangnya hidayah ke obyek dakwah.
 Gaes, janganlah kita berlarut-larut dalam kesedihan saat banyak obyek dakwah kita banyak yang berpaling. Saat adek-adek mentoring atau tutorial mulai berguguran satu persatu, beberapa jarang nongol atau susah dihubungi. Mendapati ternyata adek-adek kita ada yang sholat fardhunya bolong-bolong, nggak suka baca Al-Qur’an, masih suka nyontek, ada yang pacaran, belum mau menutup aurat, dsb. Sedih boleh, asal jangan berlebihan. Manusiawi kok Bro, karena rasa sayang kita, kita pasti tidak mau kan ketika melihat orang-orang yang kita sayangi berhamburan menuju neraka? Na’udzubillahi min dzalik. Tetaplah sabar dan berikhtiar semaksimal mungkin, hasilnya pasrahkan hanya ke Allah. Bisa jadi ini tantangannya, supaya ikhtiar kita lebih giat lagi untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang Allah ridhoi.
 Masih ingatkan kalo yang terburu-buru itu temannya Syetan?. So, jangan buru-buru melihat hasilnya. Karena yang dibutuhkan adalah ketelatenan, penerimaan orang yang di dakwahi itu dikembalikan lagi ke Yang Maha Membolak-balikan hati. Yakinlah bahwa pertolongan Allah itu amatlah dekat. Nah, baca lagi Yuk Qur’annya biar makin manteb keyakinannya. Sok atuh di ambil dan dibuka Q.S Al-Qashas ayat 56:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk terhadap orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” 
Di Ayat lain pun Allah berfirman, dalam Qur’an Surat An-Nuur ayat 54:
“Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
Gimana Sob? Meskipun datangnya hidayah adalah hak prerogatif dari Allah SWT. Sebagai Mukmin kita tetap WAJIB untuk berikhitiar, mengerahkan segala jerih payah dan menggunakan sebaik-baik kemampuan kita untuk menyampaikan kebaikan, meneruskan risalah Islam ini. 
Selalulah melangitkan do’a untuk saudara-saudara kita tercinta di luarsana ya, karena Jika kau belum bisa merubah mereka dengan tanganmu maka rubahlah mereka dengan lisanmu, jika kau belum bisa merubah mereka dengan lisanmu, maka cukuplah engkau sertakan mereka dalam setiap do’a-do’amu. Semoga Allah mengampunimu dan mengabulkan setiap do’a untuk kebaikan saudaramu.

Salam hangat from your sister in Allah’s love ^^
Banyak-banyak minum yang baik-baik ya 
Wassalamu’alaykum.ww 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merajut Cinta

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta

Perkenankanlah Aku MencintaiMu Semampuku