Pahlawan Bagiku…




Dalam setiap waktu yang menebas kita tanpa ampun, tersebutlah sosok-sosok diluar sana yang merelakan peluhnya, energinya, pemikirannya demi kebaikan peradaban ini. Wahai kalian yang diluar sana, yang tak lelah menyongsong perjuangan akan harapan dimana jalannya masih sangat membentang. Pahlawan adalah ia yang apabila berpikir telah mencapai titik Z sementara yang lain masih berusaha memulai untuk menemukan A. Ia yang tak rela jika jalan juang ini hanya dilalui sendirian, maka bergeraklah ia dalam jama’ah, membentuk barisan, berada di barisan terdepan dalam rangka menyongsong kesejahteraan umat.

Tak peduli seberapa keras dunia melibasnya, ia akan tetap terus melaju, melanglang buana menebarkan kebaikan. Tanpa kenal kata lelah, karena bagi mereka meneguk manisnya ridho-Nya jauh lebih menggiurkan. Setiap masa sosok-sosok ini akan terus beregenerasi seiring waktu yang dipergilirkan. Sosok-sosok yang lalu kan menjadi saksi yang menyejarah akan perjuangan, sementara sosok-sosok pahlawan masa kini kan menyambut jamuan terindah manisnya jalan juang dengan suka cita, tak gentar sedikit pun. 
 
Pahlawan hanya akan menjadi predikat, ia bisa jadi usang dimakan perkembangan jaman yang semakin merajalela tak kenal siapa dan apa hakikat manusia sesungguhnya. Namun, perlu diingat bahwa konstribusi dan kebermanfaatannyalah yang kan selalu dikenang, kapanpun dan dimanapun tak peduli apakah predikat sebagai seorang pahlawan itu tersemat atau tidak padanya. Ingatlah kawan, manusia setelah matinya hanya kan dikenang dari apa yang ia lakukan selama hidupnya. Maka, jadilah manusia-manusia yang berbuat dalam kehidupan. Saat ini banyak orang hidup tapi mati, mati rasa, mati empati. Ya mati, karena tak bisa berbuat untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri. Terjebak bagaikan Zombie, yang hidup tapi mati. #hiii

Itulah kenapa kita harusnya memaknai kata pahlawan secara luas. Pahlawan sejati itu bukan tidak mungkin berasal dari orang-orang disekitar kita, orang tua, keluarga, sahabat, guru, atau bahkan tukang becak yang sehari-hari mangkal dijalan dekat kost-an. Sederhananya, kalau kita mampu memaknai kata pahlawan tidak hanya sebagai seseorang yang memegang senjata kemudian berperang, kita pun mampu menjadi pahlawan itu sendiri tanpa mengurangi sedikit pun penghargaan kita pada pahlawan perjuangan kita tempo dulu. 
 
Lalu, cukupkah hanya sekedar memaknainya saja? jawabnya tentu saja TIDAK!. Dari situ kita akan tahu betapa pentingnya proses belajar. Barang siapa yang ingin menjadi pahlawan, hendaklah ia meneladani sosok-sosok mental pejuang di luar sana. Pahlawan bukan ia yang cemen, alay dan banyak mengeluh, apalagi suka update status-status galau di akun jejaring sosialnya.#non sense mamen!

Pahlawan berani untuk bergerak disaat yang lain mungkin tertunduk lesu disudut kehidupan, langkahnya tak pernah surut meski badai sering menerjangnya, ia mampu memanfaatkan waktunya untuk ambil bagian dalam gerakan pengorbanan. Tidak hanya sibuk menata kosa kata, namun langsung beraksi nyata. Contoh kecilnya saja, disaat yang lain sibuk kongkow-kongkow tak jelas juntrungannya jadilah pembeda untuk kemudian terjun dijalan dalam aksi sosial penggalangan dana bakti sosial. Ketika suara-suara sumbang cibiran itu sampai ditelinga, pahlawan tak kan pernah ragu untuk terus melangkah. Itulah bumbu-bumbu penyedap yang justru kan membuat masakan perjuangan para pahlawan itu kian nikmat.



Bukankah bagi para pahlawan itu, surga-Nya jauh lebih menggiurkan? Pahlawan tak pernah risau akan nasibnya, seruan lantangnya menggema, menggeparkan seluruh negeri. Berjuang, bergerak dan bermanfaat!. Memulai dari diri sendiri, dari yang paling dekat, dan mulai sekarang juga. Tak ada kata menunda. Begitulah indahnya azzam pahlawan-pahlawan itu, karena dunia kini semakin hari justru semakin menuju titik kritisnya, pahlawan seperti merekalah kini yang kian dirindukan. Mereka senantiasa membersamai orang-orang dalam kebaikan, dalam gerakan dakwah mereka bergerak menyambut sahutan panggilan Allah. Dalam dekapan ukhuwah yang terbina, darah, peluh, dan kelelahan takkan hilang dihadapan-Nya. Berbekal niat yang suci, untuk-Nya jiwa-jiwa perindu jannah-Nya ini  tegak bagaikan huruf Alif yang selalu menjadi yang pertama dalam setiap usaha perbaikan.


Semoga setiap dari kita mampu menjadi pahlawan untuk orang lain, untuk umat dan untuk dirinya sendiri. Menjadi yang awal itu lebih baik, oleh karenanya persiapkan diri kita sedari sekarang dan mulailah dengan segera. Jangan kelamaan persiapan bisa-bisa bukan pahlawan sejati yang tercipta tapi pahlawan kesiangan yang baru nongol disaat korban mulai berjatuhan. #don’t be Kudet ya. Kalau masih ragu untuk bergerak mungkin kita perlu diingatkan dengan ayat Al-Qur’an ini:
 
                Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [QS. Muhammad:7]

Bukankah janji Allah itu pasti? Lalu apa yang membuatmu ragu? Kalau Allah saja bersabar menunggu kita melangkah memperbaiki diri dan umat, masak kita tak sabar menunggu Allah menepati janji-Nya?. So, bangkit dan berjuanglah wahai para pahlawan!.#hijautoska


               

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta

Dewan Ambalanku Sayang

Sakit Hati