Tentang Ibunya Annis..



                Banyak teman itu menjadikan kita awet muda lho, percaya atau nggak ketika kita memiliki banyak teman dengan ribuan cerita dan pengalaman yang mereka ceritakan kepada kita. Akan ada semacam energi penyegaran dengan candaan atau pengalaman-pengalaman lucu yang pernah mereka alami. Seperti cerita salah seorang temanku yang satu ini. Namanya Annis, ya mirip-mirip sedikitlah dengan namaku, hanya berbeda 2 huruf saja, ‘a’ dan ‘n’ sebenarnya beda banget sih tapi ya di mirip-miripin nggak papa kan (maksa!).Oke-oke sudah cukup membahas namanya, saya yakin anda sudah tidak sabar mendengar, eh maksudnya membaca ceritanya.here we go!

                Jadi begini, Annis memiliki Ibu yang mirip sekali dengannya, ya iyalah namanya juga ibunya. Kalo Annis mirip tetangganya kan malah berabe. Seperti keluarga kebanyakan, mereka hidup dengan penuh kasih sayang dan perhatian, Annis sendiri adalah 3 bersaudara, nah kebetulan dia yang muncul paling akhir alias anak bungsu. Sudah pasti, sang Ibu menaruh perhatian yang lebih pada Annis apalagi dia anak perempuan satu-satunya di keluarga itu. Tak usah kuceritakan tentang kedua kakaknya. Yah, tau sendirilah punya kakak laki-laki itu seperti sebuah musuh perang bagi adek perempuan.

                Ibu Annis adalah seorang guru, guru pendidikan kewarganegaraan lebih tepatnya. Di pertengahan tahun 2012 lalu pemerintah membuat kebijkan untuk mengadakan ujian kompetensi bagi semua guru yang ada di Indonesia jadi nggak Cuma murid aja tuh yang wajib di uji guru juga harus, tidak terkecuali ibunya Annis. Pemerintah mencanangkan sistem online dalam pelaksanaannya. Otomatis, semua guru yang menjadi peserta harus mengusai dan sanggup mengoperasikan komputer. Bukan bermaksud menghina atau mengolok-olok ibunya Annis, sebelumnya saya minta maaf dulu ya, tapi ini harus diceritakan, kerena ini adalah unsur penting dari cerita yang akan kusampaikan jadi ya, ya nggak papa ya Nis ya? hehe. Ketahuilah, ada rasa galau dan gelisah yang menghantui persaan ibunya Annis ketika ujian itu akan dilaksanakan. Bukan karena belum belajar atau nggak punya kisi-kisi tapi karena satu hal, (tuh lihat seharusnya para guru memahami kami para siswa kalau ujian bagi murid itu kadang juga menggalaukan seperti guru yang mau di uji kompetensinya). Oke balik lagi ke ibunya Annis, jadi ceritanya ibunya Annis itu belum mahir betul tuh kalau di suruh mengoperasikan komputer. 

                Alhasil si anak bungsulah yang jadi sasaran buat pelatihan dan kursus komputer kilat. Kasian bener kamu Nis. Eh ya nggak kasian ding. Bersyukurlah karena itu merupakan salah satu kesempatan buat bantuin ortu. Masa-masa pelatihan Annis lalui dengan penuh kesabaran di ruang keluarganya. Si Ibu yang di latih susah bener untuk memahmi icon-icon yang ada di layar monitor. Meskipun pada akhirnya paham juga. Tapi ada hal yang menarik ketika pertama kali sang Ibu belajar.

“Dek, ini gimana sih kok nggak bisa”, tanya Ibu
“Ya Ibu masuk dulu, nanti baru bisa”, jawab Annis
“Hah? Masuk kemana dek? Dari tadi ibu udah masuk, tapi kok tetep nggak bisa sih?
“Itu mungkin error Buk. Kalau gitu Ibu keluar dulu aja nanti di coba lagi”
“Oh, jadi harus keluar dulu ya Dek?
“Hmm”
                Selang beberapa detik kemudian
“Gimana Buk? Udah bisa belom?”
...
Nggak ada jawaban,
“Gimana Buk, udah bisa belom?” tanya Annis sekali lagi
                Dihantui rasa penasaran Annis pun keluar dari kamarnya yang bersisian dengan ruang keluarga.
“Loh Ibuk kemana ya?”
Tak menunggu lama, terdengar suara dari luar rumah
“Gimana Dek? Ibu udah boleh masuk belum nih? Ini Ibu udah keluar”, teriak ibuk bertanya pada Annis.
Sembari menepuk jidat, Annis berguman
“Sepertinya perjuangan bikin Ibu pinter komputer akan berat”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merajut Cinta

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta

Perkenankanlah Aku MencintaiMu Semampuku